Tugas
Makalah
MK.
Akuntansi Madya I
AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
Disusun Oleh ;
WENFY EKARIANTO 1198130060
13
13
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Akuntansi
Madya I”. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan
tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Makassar,
Oktober 29
Tim
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................. 1
C.
Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan krakteristik aktiva
tidak berwujud .............................. 3
B. Klasifikasi Aktiva tidak berwujud ...................................................... 4
C. Contoh aktiva tidak berwujud ............................................................. 5
D. Amortisasi aktiva tidak berwujud ....................................................... 9
E. Penyajian
aktiva tidak berwujud dalam proses laporan keuangan ….. 10
F. Analisis
biaya riset dan pengembangan ............................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara
umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi dicatat
untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama
bagi operasi perusahaan dalam satu periode. Di dalam akuntansi kita telah
mengenal proses penyusunan laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama akun
dan nomor-nomor akun yang sesuai dengan ketentuan perusahaan. Proses akuntansi
diantaranya mulai dengan bukti transaksi, jurnal (jurnal umum dan jurnal
khusus), posting buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian, neraca lajur,
laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas), jurnal
penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal balik.
Dari
tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar, aktiva
tetap, kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aktiva tidak
berwujud. Oleh karena itu perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci
tentang aktiva tidak berwujud. Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan
apa saja yang terdapat di dalam aktiva tidak berwujud sebuah perusahaan.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian dan karakteristik aktiva tidak berwujud?
2. Apakah klasifikasi aktiva tidak berwujud?
3. Apakah Contoh Aktiva tidak berwujud?
4. Bagaimanakah amortisasi aktiva tidak
berwujud?
5. Bagaimana
penyajian aktiva tidak berwujud dalam laporan keuangan?
6. Bagaimana
Analisa Biaya Riset Dan Pengembangan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan
pengertian karakteristik serta klasifikasi aktiva tidak berujud
2. Mampu menyajikan dan menjelaskan
contoh aktiva tidak berwujud
3. Menjelaskan bagaimana amortisasi
aktiva tidak berwujud
4. Menjelaskan cara penyajian aktiva
tidak berwujud dalam laporan keuangan.
5. Menjelaskan analisa biaya riset dan
pengembangan.
6. Sebagai acuan bagi mahasiswa yang
ingin membuat makalah yang serupa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
DAN KARAKTERISTIK AKTIVA TIDAK BERWUJUD
Aktiva
tetap berwujud (intangible assets) adalah aktiva yang umur ekonomisnya panjang
dan memberikan manfaat bagi operasi perusahaan, tetapi tidak mempunyai bentuk
fisik. Aktiva ini berupa hak – hak istimewa atau pemilikan posisi yang
menguntungkan perusahaan dalam memperoleh pendapatan. Bukti pemilikan aktiva
tak berwujud bisa berupa kontrak, lisensi, atau dokumen lain.
1.
Pemerintah-seperti hak paten, hak cipta, frenchis,
merek dagang, dan nama dagang.
2.
Perusahaan lain-misalnya pembelian yang mencakup
pembayaran untuk goodwill.
3.
Perjanjian tertentu-seperti frenchise dan lease.
Aktiva tak
berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu :
1. Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak
seperti aktiva berwujud seperti property, pabrik, dan peralatan, aktiva tak
berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau privilege yang
diberikan pada perusahaan yang menggunakannya.
2. Bukan merupakan instrument keuangan, aktiva
seperti deposito bank, piutang usaha, dan investasi jangka panjang dalam
obligasi serta saham tidak memiliki substansi fisik, tetapi tidak
diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud. Aktiva ini merupakan instrument
keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau ekuivalen kas
di masa depan.
3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aktiva tak
berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam aktiva
ini biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi
periodik.
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud
mempunyai masalah yang sama dengan akuntansi aktiva jangka panjang lainya,
yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk jumlah setelah akuisisi
dalam kondisi bisnis normal ( amortisasi ), dan akuntansi untuk jumlah jika
nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.
B. KLASIFIKASI AKTIVA TIDAK BERWUJUD
1.
Cara akuisisi ( manner of acquisition ). Aktiva tak
berwujud dapat diperoleh dengan cara membelinya dari entitas lain. Seperti
membeli wiralaba atau paten dari orang lain. Cara lain untuk memperoleh aktiva
tak berwujud adalah dengan cara membuatnya sendiri melalui operasi, contohnya
adalah paten dan merek dagang.
2.
Dapat diidentifikasi ( identifiability ). Beberapa
kativa tak berwujud dapat diidentifikasi secara terpisah dari perusahaan
lainya. Contohnya hak pataen, merek dagang , dan wiralaba. Aktiva tak berwujud
lainya tidak dapat dipisahkan tetapi nilainya dapat diturunkan dari nilai
aktiva yang berhubungan denganya. Contohnya adalah goodwill, yang nilainya dibedakan
atas beberapa factor seperti loyalitas konsumen atas kualitas produk, dan bukan
dari kepemilikan khusus.
3.
Dapat dipertukarkan ( exchangeability ). Beberapa
aktiva tak berwujud dapat diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, atau
dengan kata lain dapat dipertukarkan. Contohnya termasuk paten, merek dagang
dan wiralaba. Aktiv atak berwujud lainya, yang dapat depertukarkan kecuali
dengan menjual perusahaan itu juga . Contohnya dalah biaya organisasi. Tidak
ada pihak lain yang mau membeli biaya organisasi ini secara terpisah ( terlepas
dari perusahaanya ). Goodwill adalah
contoh aktiva tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat
dipertukarkan. Goodwill hanya hanya akan memepunyai nilai jika dikombinasikan
atau dihubungkan denan aktiva lainya dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan
mengakuisisi aktiva lainya secara simultan.Periode manfaat yang diharapkan (
period of expected benefit ). Beberapa aktiva tak berwujud, seperti biaya
organisasi, diharapkan dapat memeberikan manfaat kepada perusahaan dalam jangka
waktu yang tidak terbatas. Sebagai contoh paten memeiliki umur hokum selama 17
tahun, dan periode manfaat leasehold yang dicantumkan dalam kontrak lease.
C. CONTOH AKTIVA TIDAK BERWUJUD (Intangible Asset)
Berikut
adalah contoh-contoh Aktiva Tidak Berwujud yang lumrah kita temui dalam dunia
usaha adalah :
a. Hak Sewa (Lease
Hold)
Adalah hak yang diperoleh atas suatu
sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya
menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat pembuat akte (notaris).
Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud) karena dua alasan :
Ø Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan,
atau dengan kata lain, atas sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak
sewa akan memberikan manfaat kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat)
di masa yang akan datang.
Ø Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas
kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu lebih
dari satu tahun buku.
Melihat
batasan (bisa dikatakan syarat) di atas, maka kita dapat memilah-milah atas
kejadian sewa, apakah dibukukan sebagai aktiva tetap tak berwujud atau sebagai
biaya sewa.
Contoh Kasus :
Tempat Usaha (Tanah dan Gedung) PT. Royal Bali
Cemerlang diperoleh dengan cara menyewa selama 30 Tahun, dengan membayar
sebesar Rp 750,000,000,-. Dalam perjalanan usahanya PT. Royal Bali Cemerlang
juga menyewa sebuah mobil pick-up disewa Rp 150,000/hari.
Mengacu pada batasan aktiva tetap tak berwujud atas
Hak Sewa yang telah disebutkan sebelumnya, maka transaksi sewa yang ada pada
PT. Royal Bali Cemerlang hendaknya diperlakukan sebagai berikut :
Pencatatan :
Atas sewa tanah dan gedung di catat sebagai
aktiva tak berwujud:
Pada saat pembayaran sewa dicatat :
[-Debit-].
Lease Hold = Rp 750,000,000,-
[-Credit-].
Kas = Rp 675,000,000.-
[-Credit-].
PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,-
Pada saat
penyetoran PPh Pasal 4(2) :
[-Debit-].
PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,-
[-Credit-].
Kas = Rp 75,000,000,-
Penjelasan :
(-). Transaksi sewa ini diakui sebagai perolehan
Aktiva Tetap Tak Berwujud (intangible asset) yaitu berupa Hak sewa (Lease
Hold), karena sewa tersebut berjangka waktu 30 tahun, yang artinya atas cost
sewa yang dikeluarkan sekarang, perusahaan akan memperoleh manfaat (menjadikannya
sebagai tempat usaha) untuk masa waktu yang lebih dari satu tahun buku, untuk
itu transaksi sewa ini eligable diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud..
(-). Persewaan suatu aktiva, merupakan Taxable Object,
yaitu PPh Pasal 4 (2), diakui sekarang atau nanti tetap akan mengakui. Jika
tidak di akui sekarang toh nanti akan dikoreksi oleh pihak kantor pajak.
Mengingat Conservatism principle, bukankah setiap potensi pengeluaran maupun
kewajiban, hendaknya diakui sesegera mungkin ?
Atas sewa mesin & mobil dicatat sebagai
biaya :
Pada saat pembayaran sewa dicatat :
[-Debit-]. Biaya Sewa = Rp 150,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 135,000,-
[-Credit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-
Pada saat pembayaran PPh Pasal 23 :
[-Debit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-
[-Credit-].Kas=Rp15,000,-
Catatan :
Sewa mobil yang biayar harian
langsung diakui sebagai biaya, karena atas pengeluaran perusahaan sebesar Rp
150,000,- perusahaan hanya akan memperoleh manfaat selama satu hari (kurang
dari 1 tahun buku).
Sewa jenis ini adalah obyek PPh Pasal 23, dimana perusahaan bertindak selaku pemotong.
Sewa jenis ini adalah obyek PPh Pasal 23, dimana perusahaan bertindak selaku pemotong.
b. Organization Cost.
Adalah pengeluaran-pengeluaran
perusahaan yang terjadi sehubungan dengan set-up perusahaan sebelum beroperasi,
contohnya : pembayaran kepada notaris. Pengeluaran ini diakui sebagai perolehan
aktiva tak berwujud, karena atas pengeluaran tersebut perusahaan akan
memperoleh manfaat yang lebih dari satu tahun buku juga, yaitu selama
perusahaan masih beroperasi.
c. Perijinan (Permit & Licences)
Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari
pihak pemerintah baik daerah maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas
tertentu terkait dengan bidang usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka
waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin tersebut harus
diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas
tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30
tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu izin diakui sebagai
aktiva tetap tidak berwujud.
d. Hak Patent
Hak Patent adalah hak yang diperoleh
atas suatu penemuan tertentu. Dimana atas penemuan tersebut, penemu akan
memperoleh manfaat tertentu untuk kurun waktu tertentu dan dapat diperpanjang.
Penemuan tersebut bisa berupa suatu produk, atau rekayasa, atau formula, atau
system, atau cara tertentu.
e. Merk Dagang (Trade Mark)
Merk Dagang (Trade Mark) yang biasa
disingkat TM, adalah hak yang diperoleh atas suatu merk komersial tertentu. Hak
ini bisa berupa logo, tulisan, bentuk, symbol, atau kombinasinya, yang mewakili
suatu organisasi/perusahaan tertentu.
f. Hak Penggandaan (Copyright)
Copyright adalah hak yang berikan
atas suatu penulisan, baik itu berupa karya ilmiah, puisi, novel, maupun lyric
lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film tertentu. Copyright
meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.
g. Franchise
Adalah hak yang diperoleh untuk
melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan produknya, sekaligus mengikuti
pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha
tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak franchise.
h. Goodwill
Adalah kelebihan-kelebihan,
keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh perusahaan, yang oleh karenanya
menjadi dinilai lebih oleh pihak lain. Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa
karena perusahaan memiliki reputasi manajemen yang sangat bagus, menghasilkan
suatu produk unggul yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan
lain-lain.
Catatan penting
: “Goodwill hanya diakui (dibuatkan perkiraan) jika terjadi suatu
transaksi, yang mana dalam transaksi tersebut perusahaan dinilai lebih oleh
pihak lain. Transaksi yang dimaksudkan bisa berupa : penjualan perusaahaan,
bergabung/berhentinya sekutu (anggota persero) baru, merger atau akuasisi.”
D. AMORTISASI AKTIVA TIDAK BERWUJUD
Pengurangan
nilai suatu aktiva tak berwujud yang secara berkala dibebankan sebgai biaya
disebut amortisasi (amortization). Amortisasi aktiva tak berwujud pada
umumnya dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Dipandang dari sudut
kemungkinan amortisasinya, aktiva tak berwujud dapat digolongkan sebagai :
1.
Aktiva tak berwujud yang adanya dibatasi dengan
undang-undang, peraturan atau persetujuan, misalnya hak paten, hak cipta dan
hak merek.
2.
Aktiva tidak berwujud yang tidak terbatas waktunya dan
pada waktu perolehannya tidak ada petunjuk mengenai usianya yang terbatas,
misalnya biaya pendirian dan biaya pra operasi.
Harga perolehan aktiva tak berwujud
kategori :
1.
Diamortisasikan selama jangka waktu yang dinyatakan
dalam ketentuan. Bila ternyata jangka waktu kegunaannya lebih lama atau lebih
singkat dari perkiraan semula, maka dapat dilakukan koreksi seperlunya. Aktiva
yang termasuk dalam kategori.
2.
Diamortisasikan sesuai pertimbangan perusahaan,
asalkan amortisasi tersebut layak dan masuk akal. Amortisasi aktiva tak
berwujud dicatat dengan mendebit perkiraan biaya amortisasi dan mengkredit
perkiraan akumulasi amortisasi atau langsung ke perkiraan aktiva yang
bersangkutan.
Perlakuan
akuntansi untuk berbagai jenis aktiva tak berwujud
Cara Akuisisi
|
||
Jenis
|
Pembelian
|
Dibuat secara internal
|
1. Aktiva
tak Berwujud yang dapat
diidentifikasi secara terpisah ( hak paten, merek dagang, dan biaya
organisasi )
|
1.Di kapaitalisasikan pada biaya akuisisi.
2. Diamortisasi selama umur hukum atau estimasi masa
manfaat mana yang lebih singkat dengan umur maksimum 40 tahun.
|
1.
Dibebankan atau dikapitalisasi tergantung pada aktiva tak berwujud tertentu.
2. jika di
kapitalisasi, akan di amortisasi sebagai aktiva tak berwujud yang dibeli.
|
2.Aktiva
tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi secara terpisah ( goodwill )
|
1.
Dibebankan pada saat terjadinya.
2. Tidak
tersedia pilihan untuk pengkapitalisasian, sehingga tidak akan ada amortisasi
|
E. PENYAJIAN
AKTIVA TIDAK BERWUJUD DALAM LAPORAN KEUANGAN
Pada
umumnya aktiva tetap tak berwujud dilaporkan tersendiri setelah aktiva tetap
berwujud. Pelaporan harus cukup jelas, bilamana perlu diberi catatan tambahan,
baik dalam laporan itu sendiri maupun dalam catatan atas laporan keuangan.
Selain itu, metode amortisasi yang digunakan dan jumlah amortisasi untuk tahun
yang bersangkutan juga disebutkan. Contoh penyajian aktiva tetap dalam neraca
adalah sebagai berikut :
PT TINOMBALA
Neraca sebagian
Aktiva
Tetap
Tambang
batu bara, atas dasar
Harga
perolehan, dikurangi deplesi …… Rp 95.400.000
Gedung
dan peralatan, atas
Dasar
harga perolehan ……….........Rp 2.207.100.000
Kurangi:
Akumulasi depresiasi 1.229.000.000
987.100.000
Jumlah
aktiva tetap
……………... Rp 1.073.500.000
Aktiva
tak berujud
Hak
Paten
…………………………
410.000.000
Jumlah
…………………………….....
Rp 1.483.500.000
F. ANALISIS BIAYA RISET DAN PENGEMBANGAN
Banyak perusahaan melakukan
pengeluaran yang cukup besar jumlahnya untuk riset dan pengembangan dalam
rangka mendapatkan produk baru atau proses yang lebih baik. Pada perusahaan
raksasa seperti IBM, Toyota, atau Mitsubishi, pengeluaran untuk keperluan ini
mungkin melebihi anggaran belanja sebuah Negara sedang berkembang.
Riset dan pengembangan memiliki sejumlah masalah
akuntansi :
Ø kadang-kadang
sulit untuk mengaitkan pengeluaran pada proyek tertentu
Ø seringkali
terdapat ketidakpastian mengenai manfaat dari pengaluaran tersebut.
Oleh karena itu, pengeluaran untuk
riset dan pengembangan biasanya dicatat sebagai biaya pada waktu terjadi
pengeluaran. Perlakuan seperti ini tidak memperhatikan apakah pengeluaran akan
berhasil atau tidak berhasil.
Sebagai contoh, misalkan PT Muria melakukan
pengeluaran sebesar Rp. 30.000.000 untuk biaya riset dan pengembangan. Riset
dan pengembangan ini telah menghasilkan dua penemuan yang sangat berhasil dan
memperoleh dua hak paten. Walaupun demikian, pengeluaran untuk riset dan
pengembangan tidak dapat dimasukan dalam harga perolehan hak paten, melainkan
tetap harus diperlakukan sebagai biaya pada periode dikeluarkannya biaya
tersebut.
Pencatatan
Anggaplah bahwa untuk memperoleh
suatu hak paten, perusahaan telah mengeluarkan uang sebesar Rp.25.000.000.
Perolehan ini dicatat sebagai berikut :
(D) Hak
paten
25.000.000
(K) Bank
25.000.000
Anggaplah juga masa manfaat hak
paten tersebut adalah 10 tahun. Amortisasi tahunan dari hak paten ini, dengan
demikian adalah :
10 % x Rp.25.000.000 =
Rp.2.500.000
Ayat jurnal yang harus dibuat adalah
:
(D) Biaya
amortisasi
2.500.000
(K) Hak
paten
2.500.000
Untuk menggambarkan pencatatan biaya
riset dan pengembangan, anggaplah bahwa suatu perusahaan telah mengeluarkan
biaya riset dan pengembangan sebesar Rp.10.000.000 dalam tahun 199 A dan
Rp.12.000.000 selama tahun 199 B .Biaya riset dan pengembangan ini merupakan
biaya rutin yang selalu dianggarkan oleh perusahaan. Ayat jurnal yang perlu
dibuat untuk mencatat transaksi yaitu :
199 A
(D) Biaya riset dan pengembangan
10.000.000
(K) Bank
10.000.000
199 B
(D) Biaya riset dan pengembangan
12.000.000
(K) Bank
12.000.000
Apabila riset dan pengembangan
tersebut diatas dilakukan untuk suatu produk tertentu yang dapat
diidentifikasikan secara spesifik, maka isi debit dari ayat-ayat jurnal diatas
diganti dengan pos aktiva : Biaya riset dan pengembangan belum dialokasikan
.Apabila, kemudian dapat dipastikan bahwa riset dan pengembangan untuk produk
spesifik tadi dinyatakan gagal ayat jurnal berikut yang perlu dibuat :
(D) Biaya riset dan pengembangan 22.000.000
(K) Biaya riset dan pengembangan
belum dialokasikan 22.000.000
BAB
III
PENUTUP
A.Simpulan
Setelah kita mengupas
beberapa masalah seputar tidak berwujud, dapat disimpulkan bahwa aktiva tidak
berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat
dinyatakan, tetapi berpengaruh terhadap kontinuitas perusahaan, seperti hak
paten, merk dagang, hak cipta, dan lain-lain.
Perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud menyangkut
masalah yang tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap,
diantaranya adalah penentuan nilai perolehan, perlakuan akuntansi selanjutnya
terhadap nilai perolehan tersebut dalam kondisi usaha normal (amortisasi), dan
perlakuan akuntansi atas penurunan nilai aktiva tak berwujud yang material dan
permanen. Kesulitan yang dihadapi dalam pemecahan masalah perlakuan akuntansi
aktiva tak berwujud pada umumnya disebabkan oleh sifat aktiva tersebut, seperti
tidak adanya wujud fisik yang menyebabkan bukti keberadaannya kabur, dan
kesulitan dalam penentuan nilai perolehan serta masa manfaat keekonomiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar